Kesal karena si kecil kurang bersemangat dan cepat putus asa?
Ada kok cara bijak untuk 'mengomporinya'.

"Kenapa ya, Mona tidak seperti Sherly," keluh Bu Dewi (30 tahun) suatu ketika kepada suaminya. Ia merasa, anaknya yang masih TK Nol Besar itu kalah jauh dengan teman sekelasnya, anak Bu Lusi itu. "Sherly sudah bisa menulis a-b-c-d dengan lancar. Nulisnya rapi lagi. Si Mona kok nggak bisa seperti itu? Tulisannya berantakan. Nulis b juga masih sering keliru dengan d."
Lain lagi dengan Adi (5 tahun), anak Bu Diana. Ia selalu rewel kalau hendak memakai sendiri sepatu kets-nya. "Ma, gimana sih, makainya?" "Ah, masa begitu saja nggak bisa," ibunya menyindir. "Kan tinggal dimasukkan saja, kakinya." "Nggak bisa, Ma," Adi setengah berteriak. "Ya sudah, nggak usah pakai sepatu!" Adi pun menangis.
Memang sih, tidak mudah mengharapkan anak untuk dapat melakukan sesuatu secara cerdas, benar, apalagi cepat. Tapi, jangan salah. Pada usia pra-sekolah, usia 3-5 tahun, sebenarnya anak punya motivasi yang kuat untuk belajar lho! Yang sudah diperolehnya pada kurun waktu ini pun banyak. Ia, misalnya, sudah dapat menerjemahkan ekspresi wajah orang, mengungkapkan perasaan, membedakan mana yang salah dan benar, serta sudah punya rasa malu dan bersalah.